Apa Itu Saham Auto Rejection, ARA dan ARB? Ini Jawabannya
Selain pompom saham, akhir-akhir ini ramai istilah ARA dan ARB pada beberapa saham yang dikoleksi investor. Misalnya saham X kena ARB karena harganya turun tajam atau saham Z terkena ARA karena menyentuh ambang batas.
Buat calon investor pasti bingung dengan ARA dan ARB. Tetapi kalau mau terjun investasi saham, kamu harus tahu istilah tersebut. Sebab ARA dan ARB termasuk dalam mekanisme perdagangan saham.
Baca Juga: Cara Melihat Saham Mahal atau Murah, Cukup dengan Satu Cara Mudah Ini
Bingung Cari Produk Kredit Tanpa Agunan Terbaik? Cermati punya solusinya!
Pengertian Auto Rejection, ARA dan ARB
ARA adalah Auto Rejection Atas, sedangkan ARB merupakan kependekan dari Auto Rejection Bawah.
Sebelum membahas ARA dan ARB, kamu perlu mengenal yang namanya Auto Rejection (AR), seperti dirangkum dari berbagai sumber.
Auto Rejection adalah batasan minimum dan maksimum suatu kenaikan dan penurunan harga saham dalam satu hari perdagangan bursa.
Mekanismenya begini, sistem bursa atau yang dikenal dengan Jakarta Automated Trading Sysyem (JATS) akan melakukan penolakan secara otomatis terhadap penawaran jual atau beli bila harga saham melebihi batasan harga yang ditetapkan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Jadi, kalau harga saham A naik melampaui batas persentase atas yang ditentukan BEI dalam sehari akan terkena ARA. Sementara kalau harganya turun melebihi batas bawah kena ARB.
Ciri-ciri saham yang terkena ARA, tidak ada lagi order di antrean jual (offer), sementara ciri-ciri saham yang terkena ARB, tidak ada lagi order di antrean beli (bid).
Baca Juga: Cara Beli Saham IPO Lewat e-IPO, Tinggal Klik Langsung Investasi
Batas Harga Atas dan Bawah Auto Rejection
Tabel Auto Rejection
Harga Saham (Rp) |
Auto Reject Atas (ARA) |
Auto Reject Bawah (ARB) |
50 – 200 |
>35% |
<Rp50 / <7% |
>200 – 5.000 |
>25% |
<7% |
>5.000 |
>20% |
<7% |
Gak usah pusing, begini cara membacanya:
Misalnya
Harga saham Y ditutup Rp 2.000 per lembar pada perdagangan kemarin. Maka batas auto rejection harga saham ini sebesar 25%. Kenaikan harga saham Y hari ini paling banyak sebesar Rp 2.000 + (Rp 2.000 x 25%) = Rp 2.500. Jika melampaui harga Rp 2.500, saham Y akan terkena ARA.
Sedangkan jika harga saham Y turun, maka penurunan paling banyak sebesar Rp 2.000 – (Rp 2.000 x 7%) = Rp 1.860. Jika turunnya melebihi Rp 1.860, maka saham Y terkena ARB.
Kamu sebagai investor dapat membeli atau menjual saham pada harga minimal Rp 1.860 dan maksimal Rp 2.500. Jika jual atau beli melebihi harga tersebut, order atau permintaanmu akan ditolak otomatis oleh sistem perdagangan BEI.
Untuk diketahui pula, jika ARA dan ARB berlangsung selama beberapa hari berturut-turut, saham tersebut bisa saja di suspen atau dihentikan sementara BEI dalam kurun waktu tertentu.
Ada Auto Rejection Biar Investor Gak Rugi Besar
Meski judulnya penolakan, namun auto rejection yang diterapkan BEI demi kemaslahatan investor saham. Kok begitu?
- Mekanisme auto rejection, seperti pemberlakuan ARA dan ARB dapat melindungi investor
- Biar tidak ada harga saham yang merosot terlalu signifikan, sehingga bikin investor rugi besar. Juga supaya tidak ada harga saham yang naik gila-gilaan, dan dimanfaatkan bandar atau pihak-pihak tertentu
- Agar perdagangan saham tetap bergerak secara wajar dan sehat
- Investor juga dapat berpikir apakah tetap hold saham atau tidak.
Baca Juga: Marak Fenomena Saham Pompom ala Influencer, Bikin Tambah Kaya atau Miskin?
Perhatikan Ini Sebelum Beli Saham yang Kena ARA atau ARB
Saham dengan pergerakan sangat fluktuatif, bahkan tidak wajar kerap menyentuh batasan ARA dan ARB.
Saham-saham yang berpotensi masuk ke dalam lubang batas ARA, biasanya:
- Saham IPO atau saham yang pertama kali dijual ke publik
- Saham yang tersengat sentimen tertentu, seperti aksi korporasi merger atau akuisisi
- Bukan saham dengan kapitalisasi pasar besar
- Umumnya saham berkapitalisasi menengah dan kecil.
Sedangkan saham yang sering kena ARB, biasanya justru saham-saham blue chip atau yang masuk indeks LQ45.
Kalau kamu ketemu saham-saham yang terkena ARA atau ARB, analisa terlebih dahulu. Jangan cuma melihat keuntungan yang dihasilkan dengan cepat, seperti pada saham yang masuk ARA. Atau harga murah karena kena ARB.
- Perhatikan faktor yang mempengaruhinya
Pasti ada faktor pemicu kenaikan atau penurunan harga saham secara signifikan, apakah karena sentimen tertentu, ataupun saham yang kurang likuid, sehingga harganya gampang naik dan turun atau digoreng.
- Pompom saham
Bisa juga karena ajakan atau hasutan orang untuk menggerakkan saham tertentu di waktu tertentu pula.
- Hindari beli saham auto reject buat newbie
Saham yang terkena ARA atau ARB sangat cepat berubah harganya. Bisa dalam hitungan jam, menit, bahkan detik.
Jadi jangan ambil risiko. Untuk pemula, sebaiknya hindari saham auto reject. Apalagi sudah masuk daftar UMA (Unusual Market Activity) atau saham yang bergerak di luar kewajaran.
Termasuk bila saham tersebut tidak likuid. Ciri-cirinya antrean bid dan offer sedikit biar investasimu gak ambyar.
Belajar Menganalisa Sendiri
Mau nyemplung investasi saham dan bisa dapat cuan, kuncinya ya harus belajar. Belajar analisa fundamental maupun teknikal sendiri.
Jangan latah, ikut-ikutan beli saham yang dipegang orang lain. Belum tentu analisisnya benar. Banyak cara untuk belajar ‘jeroan’ investasi saham, bisa dari buku, internet, ikut komunitas, atau ikut sekolah pasar modal.
Yuk, jadi investor saham yang cerdas. Gak perlu FOMO, dan percaya pada kemampuan diri sendiri. Selamat mencoba.
Baca Juga: Mau Kaya Raya dari Investasi Saham? Ikuti Tips Keren dari Lo Kheng Hong