Cara Menghitung Dana Pensiun dan Pilihan Investasinya
Dana pensiun dibutuhkan sebagai bekal finansial di hari tua. Dana pensiun sebaiknya dipersiapkan sejak usia muda, saat masih produktif.
Persiapan dana pensiun yang matang akan membawa hasil maksimal. Artinya, uang yang terkumpul untuk dana pensiun akan jauh lebih besar.
Dana pensiun sangat penting untuk keberlangsungan hidup di usia senja. Pasti kamu tidak ingin kerja keras bagai kuda di masa pensiun.
Kamu ingin menikmati masa tua dengan tenang dan nyaman dari segi keuangan. Lalu berapa dana pensiun yang kamu butuhkan?
Berikut cara menghitung dana pensiun dengan mudah dan memilih instrumen investasinya:
Baca Juga: Pensiun dengan Simpanan Miliaran Rupiah, Bagaimana Caranya?
Kebutuhan Dana Pensiun
Semakin besar dana pensiun yang terkumpul, tentu semakin baik. Tak khawatir hidup nelangsa, kurus kering, karena keuangan sudah terjamin.
Ini berkat konsistensi kamu dalam menyisihkan uang setiap bulan ketika muda. Hasilnya, akan kamu nikmati di hari tua. Rumus menghitung kebutuhan dana pensiun sangat sederhana.
Jumlah biaya hidup per bulan x estimasi umur hidup
Contoh:
Kamu ingin pensiun di umur 50 tahun. Prediksi kamu bisa hidup sampai 70 tahun. Biaya hidup sebesar Rp 8 juta sebulan. Total dana pensiun = Rp 8 juta x 12 (jumlah bulan dalam setahun) x 20 = Rp 1,92 miliar.
Pilihan Investasi untuk Dana Pensiun
Di masa pensiun, kamu tidak akan mendapatkan gaji bulanan lagi dari perusahaan. Sementara sisi lain, kebutuhan sehari-hari tetap harus tercukupi.
Dengan begitu, jumlah dana pensiun yang kamu butuhkan pasti harus besar. Sehingga akan sangat tepat jika kamu mempersiapkan dana pensiun melalui investasi.
Investasi sanggup memberikan keuntungan atau imbal hasil melampaui inflasi. Ini instrumen investasi yang tepat untuk persiapan dana pensiun.
1. Deposito
Deposito menjadi pilihan investasi bagus untuk kamu yang ingin mempersiapkan dana pensiun. Dana kamu akan lebih aman ditaruh pada instrumen investasi ini.
Aman di sini maksudnya, kamu tidak dapat menarik kapanpun dana tersebut seperti pada tabungan. Sebab, ada tenor yang ditawarkan bank untuk produk deposito, yakni satu, tiga, enam, 12 bulan hingga 24 bulan.
Kalau menarik dana deposito sebelum waktu jatuh tempo, maka kamu akan diganjar biaya penalti. Selain itu, memiliki deposito dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dengan nilai hingga Rp2 miliar. Jadi tidak perlu khawatir.
Di sisi lain, bunga deposito lebih tinggi dibanding tabungan. Suku bunga deposito berkisar dua sampai delapan persen per tahun. Tetapi, risiko deposito adalah penurunan bunga, kena pajak 20 persen.
Contoh menghitung dana pensiun yang ditempatkan di deposito:
• Biaya hidup Rp 96 juta per tahun (Rp 8 juta per bulan) dibagi bunga deposito
• Kebutuhan dana pensiun = Rp 96 juta / 3,5 persen = Rp 2,74 miliar.
2. Reksadana saham
Reksadana saham adalah jenis reksadana memiliki risiko paling tinggi dibanding jenis reksadana di atas. Tetapi keuntungannya juga yang paling tinggi, karena pasar saham bersifat fluktuatif.
Buat kamu yang tipenya agresif dan berani mengambil risiko, investasi ini bisa jadi tantangan. Reksadana saham pas untuk investasi jangka panjang, di atas 5 tahun.
Sangat pas buat kamu yang ingin mempersiapkan dana pensiun karena menjanjikan keuntungan sekitar 15 persen sampai 20 persen per tahun.
Contoh menghitung dana pensiun yang ditempatkan di reksadana saham:
• Kebutuhan dana pensiun = Rp 96 juta / 16 persen = Rp 600 juta
3. Reksadana pendapatan tetap
Reksadana pendapatan tetap adalah jenis reksadana dengan lamanya investasi satu sampai tiga. Biasanya dana diinvestasikan pada obligasi atau produk keuangan yang keuntungannya cukup stabil dan minim risiko.
Tingkat risiko reksadana pendapatan tetap, rendah sampai menengah atau sedang dengan return per tahun sekitar tujuh hingga sembilan persen.
Contoh menghitung dana pensiun yang ditempatkan di reksadana saham:
• Kebutuhan dana pensiun = Rp 96 juta / 7 persen = Rp 1,37 miliar.
Baca Juga: Lakukan Hal ini jika Dana Pensiun Terlambat Dipersiapkan