Jangan Langsung Baper, Begini Tips Investasi Saham saat Harganya Rontok
Terjun menjadi investor saham dilarang baper. Apalagi kalau pasar saham sedang rontok dan harga saham ramai-ramai jatuh.
Saham termasuk investasi berisiko tinggi. Harga saham sangat fluktuatif, cepat sekali bergerak naik turun bak roller coaster.
Meski demikian, bukan berarti Anda tidak boleh investasi saham ketika harganya lagi jeblok. Justru jadi peluang untuk "serok".
Anda bisa membeli saham unggulan dengan harga murah. Kalau kata Lo Kheng Hong, mercy harga innova. Kemudian jual saat harga naik.
Anda tetap dapat investasi saham saat harganya anjlok dengan tips berikut ini:
Baca Juga: 5 Dosa Keuangan yang Bisa Bikin Kamu Melarat Usai Lebaran
1. Beli saham bertahap
Melorotnya harga saham bisa mendatangkan berkah bagi investor. Walaupun mungkin sebagian investor lain menganggap itu adalah bencana.
Anda dapat membeli saham incaran dengan jumlah lot lumayan banyak dengan harga murah meriah. Kalau biasanya dengan uang Rp 1 juta, Anda hanya bisa membeli saham A (Rp 3.000 per lembar) sebanyak 3 lot , saat harganya turun menjadi Rp 2.000 per lembar, Anda bisa borong 5 lot.
Jika investor yang hanya memikirkan kesempatan tanpa pikir panjang, bakal beli sekaligus banyak. Tetapi Anda harus punya strategi.
Sebaiknya hindari membeli langsung dalam jumlah banyak. Beli saham secara bertahap. Sebab tidak menutup kemungkinan, harga sahamnya bakal merosot lagi keesokan harinya, sehingga Anda bisa lebih untung.
Pembelian bertahap juga dapat memberi Anda peluang untuk mengamati pergerakan harga saham di sektor lain. Jadi, Anda tidak menempatkan seluruh uang di satu sektor saja.
Cara ini disebut diversifikasi yang dapat membantu meminimalisir kerugian investasi.
2. Amati pergerakan harganya
Ingat, harga saham tidak selamanya terus turun meski kondisi ekonomi sedang sulit. Suatu waktu, saham tersebut akan berbalik arah, menguat dengan harga lebih tinggi.
Apa penyebabnya? Kenaikan permintaan dari investor atau masyarakat terhadap satu saham saat harganya turun, sehingga membuat harganya kembali mendaki secara perlahan.
Sebelum membeli saham perusahaan, rajinlah mengamati pergerakan harganya. Berapa persentase kenaikan dan penurunan harga dalam kurun waktu tiga hari terakhir.
3. Beli saham yang diyakini bakal naik lagi
Beli saham jangan asal murah saja. Anda juga harus jeli dan cermat dalam memilih saham yang akan dibeli. Pilih saham yang diyakini mudah rebound atau menguat lagi pasca harganya turun.
Saham yang seperti apa? Biasanya saham perusahaan yang memiliki kondisi keuangan stabil. Jadi, selain cari saham yang harganya murah, juga lakukan analisis fundamental, seperti laporan keuangannya.
4. Jangan panik
Bila sudah nyemplung investasi saham harus siap dengan segala risikonya, termasuk penurunan harga. Pun dengan investor pemula.
Jangan langsung panik kalau harga saham lagi jeblok. Apalagi jika turun tajam, langsung berpikir investasinya rugi, kalut, dan akhirnya memutuskan mengakhiri hidup.
Asal Anda tahu, penurunan harga saham pasti ada ujungnya. Akan kembali naik atau rebound, dari merah ke hijau. Jadi hindari panik, karena kepanikan akan membawa Anda pada kesalahan dalam mengambil keputusan, seperti melakukan aksi jual besar-besaran.
5. Evaluasi anggaran investasi
Investasi sama seperti belanja bulanan, harus punya rencana anggaran agar terkontrol. Jangan karena harga saham lagi turun, Anda malah borong saham tanpa pikir panjang. Apalagi sampai utang untuk modal investasi.
Anda perlu melakukan evaluasi. Apakah bujet investasi masih cukup untuk membeli beberapa lot saham incaran atau tidak. Bila sudah tidak cukup, tunda pembelian.
Fokus saja pada saham-saham yang sudah Anda koleksi. Tidak baik dipaksakan. Siapa tahu ketika punya anggaran investasi lagi, Anda dapat membeli saham dengan harga diskon dan kondisi pasar sudah stabil.
6. Cek kembali tujuan investasi
Hal penting lainnya adalah cek lagi tujuan investasi Anda. Apakah untuk jangka pendek atau jangka panjang. Kalau untuk jangka panjang, sebaiknya tetap simpan saham Anda, terutama saham-saham unggulan yang punya peluang rebound lebih cepat.
Jangan hanya karena panik, ikut-ikutan, Anda langsung menjualnya. Mungkin saja beberapa tahun kemudian, harga saham tersebut melejit, sehingga Anda bisa memperoleh keuntungan lebih besar.
Baca Juga: Tabungan, Investasi, atau Asuransi: Pilih yang Mana?