Kisah Kejayaan Koes Plus, Pernah Masuk Bui hingga Jadi Band Legendaris Indonesia
Koes Plus, grup musik legendaris yang mewarnai perkembangan industri musik Tanah Air. Kiprahnya berpengaruh besar karena merupakan pelopor musik pop dan rock n' roll di negeri ini.
Lagu-lagu Koes Plus menjadi kiblat musisi lain dan tak padam ditelan zaman. Berbagai hits atau lagu mereka kerap didaur ulang dan dinyanyikan kembali oleh banyak musisi dengan aransemen berbeda. Gaungnya masih terdengar merdu sampai sekarang.
Sebut saja lagu Andaikan Kau Datang, Bujangan, Kisah Sedih di Hari Minggu, Kembali ke Jakarta, Muda-Mudi, Derita, Kolam Susu, Bunga di Tepi Jalan, Diana, Manis dan Sayang, Cintamu Tlah Berlalu, dan masih banyak lagi.
Karya-karya Koes Plus selalu meledak di pasaran. Penikmat lagu-lagunya bukan hanya dari orang tua, tapi juga anak-anak muda. Kesuksesan telah diraih, bukan dengan cara instan. Tapi butuh kerja keras, keringat dan air mata untuk bisa mencapainya.
Bagaimana awal kisah atau perjalanan karier The Beatles-nya Indonesia ini dari awal merangkak hingga moncer berjaya? Berikut Cermati.com rangkum ulasannya dari berbagai sumber.
Baca Juga: Meski Cantik dan Multitalenta, Ternyata Aurelie Moeremans Pernah Ditolak Saat Casting
Bingung cari Kartu Kredit Terbaik? Cermati punya solusinya!
Berawal dari Koes Brothers
Semua berawal dari terbentuknya Koes Brothers di tahun 1958. Saat itu, keluarga Koeswoyo yang terdiri dari Yon, Yok, John, Tonny dan Nomo mulai berkarya dan meluncurkan album pertamanya di tahun 1962.
Di tahun 1963, Koes Brothers yang berasal dari Tuban, Jawa Timur, ini berganti nama menjadi Koes Bersaudara. Band dengan personel Yon (vokal, gitar), Yok (vokal, bass), John (upright bass), Tonny (gitar), dan Nomo (drum). Mereka dikenal jago meramu musik.
Kreativitas yang luas tampak jelas dari aransemen dan komposisi musik mereka. Anehnya, meski riff gitarnya simple dan rata-rata hanya terdiri dari tiga chord saja, namun nada yang tercipta sangatlah merdu dan indah. Inilah yang menjadikan musik penerima penghargaan AMI Legend Awards ini istimewa.
Ditambah lagi dengan pembagian nada vokal yang harmonisasinya lengkap dan ramai membuat karya gubahan mereka semakin menghibur untuk dinikmati. Dengan skill dan musikalitas tinggi, mereka piawai menggabungkan berbagai genre, seperti Pop, Rock n' Roll, Melayu, Blues dan Bossanova untuk disuguhkan ke masyarakat.
Dilema Bongkar Pasang Personel dan Konflik Ganti Nama
Seperti kebanyakan band pada umumnya, bongkar pasang personel jadi hal lumrah. Begitupun yang terjadi pada Koes Bersaudara. Karena satu dan lain hal, keadaan memaksa penggantian personel. Tonny ingin semua personel mendedikasikan waktu mereka sepenuhnya di band.
Hal ini menjadi dilema bagi Nomo yang saat itu bekerja sampingan demi menafkahi anak istri. Akhirnya, keadaan mengharuskan Nomo dan Yok keluar dari Koes Bersaudara. Namun, tamatnya Koes Bersaudara berbuah hikmah hingga melahirkan Koes Plus.
Tonny yang saat itu masih ingin terus berkarya lantas menggandeng dua musisi, yakni Kasmuri (Murry) dan Totok A.R. Meski sempat menimbulkan konflik internal, namun akhirnya Koes Plus pun lahir di tahun 1969. Dengan formasi terbarunya yang melibatkan musisi lain di luar keluarga Koeswoyo, babak baru pun dimulai.
Aktif Bawakan Lagu Ciptaan Sendiri
Musik Koes Plus yang unik dan spesial mampu membius penikmat musik Tanah Air. Ini membuat para produser mendorong grup band lainnya, seperti D'Lloyd dan D'Mercy saat itu untuk mengikuti 'tren' musik yang diciptakan Koes Plus.
Tak hanya menjadi trendsetter dari segi genre musik saja. Koes Plus juga mempelopori tradisi manggung membawakan lagu ciptaan sendiri, yang pada saat itu merupakan gebrakan mereka.
Dalam album serial volume 1, 2, dan berikutnya, Koes Plus terus melanjutkan tradisi ini. Namun pada awal kemunculannya, Koes Plus tak langsung mendapat sambutan meriah. Piringan hitam dari album pertama mereka sempat mengalami penolakan dari sejumlah toko kaset.
Barulah setelah single mereka yang berjudul Kelelawar diputar di RRI, roda berputar. Banyak orang mencari album pertama mereka. Satu per satu hits mereka semakin membahana di udara, hingga akhirnya mendominasi musik di Indonesia.
Di sepanjang perjalanan kariernya, Koes Plus telah bekerja sama dengan sejumlah label rekaman, di antaranya ialah Remaco, Puspita Record, Irama Record, Dimita Record, Mesra Record, Purnama Record, hingga Flower Sounds.
Lagu-lagu Koes Plus terus mengudara di periode tahun 1972-1976. Dalam sejumlah pesta dan pertemuan serta acara radio, semua lagu-lagu Koes Plus. Popularitas grup band ini kian menanjak.
Album baru dari Koes Plus paling ditunggu para penggemar. Koes Plus bahkan dinobatkan menjadi band terbaik dalam acara Jambore Band di Senayan tahun 1972. Saat itu, Koes Plus menjadi satu-satunya band yang membawakan lagunya sendiri. Sementara band lainnya rata-rata menyanyikan lagu-lagu berbahasa Inggris.
Mesin Pencetak Hits yang Laris Manis
Prestasi band yang satu ini memang luar biasa. Bertangan dingin, Koes Plus mampu menjadi 'mesin pencetak hits' yang laris manis dalam waktu singkat. Durasi kerja mereka bahkan terbilang sangat cepat.
Menurut info yang didapatkan dari para penggemar mereka, Koes Plus tak tanggung-tanggung dalam berkarya. Sebanyak 22 album berhasil dirilis hanya dalam waktu setahun, yakni di tahun 1974. Ke-22 album tersebut mencakup lagu-lagu baru, album the best, hingga album versi instrumental mereka.
Kemudian di tahun 1975, Koes Plus kembali merilis 6 album berikutnya. Menyusul di tahun 1976, 10 album kembali diluncurkan ke pasaran. Hebatnya lagi, lagu-lagu Koes Plus ini bukan lagu asal yang tak enak didengar.
Sebaliknya, hampir seluruhnya menjadi hits dan mendapat sambutan positif. Menyumbangkan banyak jasa dan teladan dalam perkembangan industri musik Tanah Air, Koes Plus meraih penghargaan Legend Basf Award pada tahun 1992.
Koes Plus begitu totalitas dan mendedikasikan seluruh waktu dan tenaga untuk bernyanyi. Prestasi mereka dalam berkarya pun mencetak rekor yang membanggakan dalam catatan sejarah. Sejak tahun 1960, Koes Plus berhasil menelurkan 953 lagu yang disematkan ke dalam 89 album.
Tercatat, Koes Bersaudara berhasil menciptakan 203 lagu yang diproduksi ke dalam 17 album. Sedangkan Koes Plus lebih dahsyat lagi, mereka terhitung telah mencetak 750 lagu untuk 72 album.
Baca Juga: Pernah Dianggap Mendompleng Kesuksesan Sang Kakak, Begini Cara Billy Syahputra Buktikan Prestasinya
Mendapat Bayaran Sangat Mahal
Menurut salah satu personelnya, Koes Plus pernah dibayar sangat mahal saat berada di puncak kejayaan tahun 70-an. Dalam wawancara dengan salah satu media nasional tahun 2001, Yon menyebutkan Koes Plus dibayar Rp 3 juta untuk sekali manggung di Semarang, tepatnya di tahun 1975.
Padahal, waktu itu harga satu mobil Corona tahun 1975 saja kurang lebih dibanderol Rp 3,75 juta. Jika dikurskan saat ini, bisa jadi honor mereka berada di kisaran Rp150-300 juta. Ketika itu, honor mereka terbilang sangat besar.
Pernah Dijebloskan ke Penjara
Dalam bermusik, ada suka dukanya. Bukan hanya mencicipi bayaran termahal, Koes Bersaudara pernah juga mengalami getirnya kehidupan, bermalam di 'hotel prodeo'. Karier bermusik yang dirasakan Koes Plus tak melulu mulus dan tanpa hambatan. Karena dianggap terlalu kebarat-baratan setelah sempat membawakan lagu The Beatles, Koes Bersaudara dijebloskan ke penjara Glodok, tepatnta tanggal 29 Juni 1965.
Mereka dibui begitu saja tanpa melalui proses pengadilan terlebih dahulu. Koes Bersaudara lantas dibebaskan tanggal 29 September 1965, sebelum pecahnya peristiwa G30S/PKI. Waktu itu musik mereka dianggap bermuatan politik kapitalis.
Sedangkan di Indonesia, saat itu justru sedang menggalakkan gerakan anti kapitalis. Pemerintahan Indonesia waktu itu menyebut 'musik ngak-ngik-ngok' yang kebarat-baratan adalah terlarang, lantaran berseberangan dengan cerminan kepribadian bangsa.
Yok bercerita kepada media, Bung Karno ketika itu melarang untuk tidak membawakan 'musik yang Elvis-Elvisan (Presley). Padahal menurut Yok, band mereka tak ada maksud tertentu selain dari menghibur para penggemarnya.
Yok yang merasa sangat disudutkan atas kasus tersebut lalu menambahkan, mereka hanya membawakan sedikit musik Barat. Selebihnya, Koes Bersaudara tetap menyanyikan lagu-lagu mereka sendiri, di antaranya Senja, Telaga Sunyi hingga Dara Manisku.
Dirinya dan keluarga Koes tak pernah ada niatan untuk menodai kedaulatan Republik Indonesia. Malahan, mereka ingin mengharumkan nama Bumi Pertiwi melalui karya musik.
Perjalanan Koes Plus kemudian mulai surut di tahun 1980. Namun selama masa itu, Yon meluncurkan album solonya. Kemudian di tahun 1993, musisi kawakan Deddy Dores sempat bergabung meski tak berlangsung lama. Setelah Deddy Dores mundur, bergabunglah Andolin Sibuea dan Jack Kasbie.
Kisahnya Diangkat ke Layar Lebar
Rencananya, rumah produksi Falcon Pictures akan mengangkat kisah kehidupan Koes Plus ke layar lebar. Perjalanan karier Koes Plus akan diceritakan kembali lewat film biopik tersebut.
Rako Prijanto didapuk sebagai pihak yang dipercaya untuk menyutradarai film itu. Sebelumnya, Rako sudah sukses menggarap sekian judul film, seperti Sang Kiai, Bangkit dan Teman Tapi Menikah.
Terus Berkarya demi Menggapai Kesuksesan
Sukses itu harus kerja keras, bukan tanpa usaha. Kalau kamu tertarik di bidang seni, ciptakan karya-karya menarik yang dapat diterima masyarakat. Jika gagal atau mendapat penolakan, jangan menyerah. Ingat, roda itu berputar. Suatu saat kamu akan berada di atas atau puncak kesuksesan melalui karya-karya indahmu.
Baca Juga: Tajir Melintir di Usia Muda, Begini Perjuangan Stefan William Meniti Karier dari Nol