10 Mitos tentang KPR yang Salah Kaprah Dipercaya Masyarakat
Harga rumah yang begitu mahal dan terus meningkat seiring berjalannya waktu membuat pengajuan KPR sebagai satu-satunya solusi agar memiliki tempat tinggal sendiri. KPR atau Kredit Pemilikan Rumah sendiri adalah layanan kredit yang umum disediakan oleh perbankan agar masyarakat bisa memiliki hunian impiannya sendiri ketimbang terus-terusan mengontrak.
Sayangnya, ketika berniat untuk membeli rumah dengan layanan kredit ini, tidak sedikit orang merasa ragu dan takut karena percaya dengan mitos KPR. Padahal, mitos tentang KPR yang beredar di masyarakat belum sepenuhnya benar dan malah bisa memicu salah paham pada orang-orang yang ingin mengajukan jenis pinjaman tersebut.
Lalu, apa saja sih mitos KPR yang salah kaprah tapi sering dipercaya oleh masyarakat? Nah, untuk mengetahui jawaban dan fakta sebenarnya, simak 10 mitos tentang KPR yang tak seharusnya kamu percaya berikut ini.
Bingung Cari Produk KPR Terbaik? Cermati punya solusinya!
-
Pengajuan KPR Pasti Diterima Asal Gaji Besar
Mitos KPR pertama yang harus kamu buang jauh-jauh adalah gaji besar menjadi penentu pengajuan kredit tersebut diterima. Walaupun memang bisa meningkatkan potensi permohonan KPR disetujui, tapi gaji besar bukanlah satu-satunya syarat agar kredit tersebut diterima.
Selain pendapatan, pihak bank juga mempertimbangkan aspek finansial lain dari calon nasabahnya, misalnya rasio utang dan skor kredit. Di samping itu, status pinjaman, usia, kondisi rumah yang dibeli, dan beragam faktor lain juga tak luput dipertimbangkan oleh pihak bank sebelum menyetujui pengajuan KPR calon nasabahnya. Jadi, jangan kaget jika ternyata kredit rumah yang kamu ajukan ditolak padahal memiliki pendapatan 2 digit sekalipun.
-
Tak Mungkin Punya Rumah Jika Gaji UMR
Mitos KPR salah kaprah lainnya adalah seseorang dengan pendapatan UMR tidak mungkin bisa memiliki rumah. Anggapan ini banyak dipercaya masyarakat dan membuatnya ragu mengajukan kredit rumah.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ada banyak faktor lain yang mempengaruhi potensi seseorang mengajukan KPR. Meski gaji tergolong pas-pasan, tapi jika mampu mengelola finansial dengan baik, memiliki tabungan dan aset investasi, dan mempunyai passive income, pengajuan KPR bisa saja diterima. Yang terpenting, selalu cari cara agar bisa meningkatkan kondisi keuangan dan penghasilan untuk merealisasikan mimpi memiliki hunian pribadi.
-
Impian Beli Rumah Hanya Bisa Diraih saat Mapan
Kamu pasti pernah mendengar mitos tentang KPR ini. Ya, banyak orang percaya jika keinginan memiliki hunian impian hanya akan bisa diwujudkan ketika sudah mapan dan sejahtera secara finansial.
Harus diakui, membeli rumah memerlukan kesiapan finansial yang matang, termasuk yang menggunakan sistem KPR. Bahkan, usaha memiliki rumah pribadi baru bisa terwujud setelah belasan atau bahkan puluhan tahun menabung dan berinvestasi sampai dananya terkumpul.
Namun, percayalah jika membeli rumah tak selalu harus menunggumu mapan terlebih dulu. Semenjak kehadiran KPR, rencana memiliki hunian idaman bisa lebih cepat terwujud. Yang terpenting, sesuaikan harga rumah dan tenor kreditnya dengan kondisi keuangan agar cicilannya tak terlalu berat membebani keuangan hingga berhasil dilunasi.
-
Punya Banyak Cicilan Bantu Pengajuan KPR Disetujui
Mitos KPR yang selanjutnya adalah mempunyai banyak pinjaman atau cicilan bisa membantu proses pengajuan KPR diterima. Mitos ini bisa saja benar atau salah tergantung dari jumlah pendapatan dan kondisi keuanganmu.
Tapi, jika paksakan diri mengajukan KPR dengan ekonomi pas-pasan dan menanggung banyak cicilan, jangan harap akan diterima. Sebab, bank akan menganggap beban finansialmu terlalu berat untuk menanggung pula cicilan kredit rumah dan berisiko mengalami gagal bayar. Karenanya, apabila berencana mengajukan KPR, sebaiknya lunasi dulu segala tanggungan pinjaman dan utang agar meningkatkan potensi disetujui.
-
Menabung DP Adalah Kunci KPR Diterima
Pada saat mengajukan KPR, salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh calon nasabahnya adalah membayar DP atau down payment. Nominal DP atau uang muka ini cukup bervariasi menyesuaikan kebijakan pihak bank yang menyediakan layanannya.
Sebagai salah satu syarat utamanya, ada anggapan jika mampu memenuhi ketentuan uang muka ini adalah kunci agar pengajuan kredit rumah diterima. Padahal, meski memang bisa memuluskan prosesnya, tapi pihak bank tetap akan mengecek track record finansial dan rekening calon nasabahnya. Kunci pengajuan kredit tersebut diterima tetap berhubungan dengan kriteria 5C calon nasabahnya, yaitu character, capital, capacity, condition, & collateral.
-
Pengajuan KPR Hanya Butuh DP
Masih berkaitan dengan DP, mitos KPR lainnya adalah kamu hanya perlu menyiapkan uang muka agar bisa mengajukan kredit rumah. Nominalnya berkisar antara 10 persen sampai 50 persen tergantung kebijakan yang berlaku.
Anggapan seperti ini membuat banyak orang hanya berfokus menyiapkan DP saja saat ingin mengajukan kredit rumah. Padahal, pada praktiknya, ada banyak biaya tambahan yang harus ditanggung oleh pembeli rumah sebelum menyetujui akad kredit. Biaya tambahan tersebut bisa mencapai 5 persen sampai 11 persen harga rumah dan bisa memicu penolakan pada kredit rumah jika tidak dipenuhi.
-
Angsuran Menunggak = Rumah Disita
Mitos tentang KPR lain adalah saat menunggak angsuran, pihak bank akan langsung menyita rumah yang sedang dicicil. Mitos ini tentu tidak sepenuhnya benar. Pasalnya, ada beberapa prosedur yang akan dilakukan pihak bank ketika ada nasabahnya yang menunggak cicilan KPR sesuai dengan aturan yang berlaku.
Misalnya, pihak bank akan menghubungi pihak nasabah dan mengingatkan perihal pembayaran KPR yang menunggak. Jika nasabah tidak mampu melunasi cicilan tersebut, pihak bank akan memberi saran untuk menjual rumah agar sisa utang bisa dikembalikan.
Bahkan, sebelum ke tahap menjual rumah tersebut, pihak bank akan berusaha meringankan beban kredit nasabah. Beberapa di antaranya melalui restrukturisasi utang, menurunkan bunga, hingga mengatur ulang tenornya.
-
Bayar DP KPR Setinggi Mungkin
Pada dasarnya, membayar uang muka KPR yang tinggi memang bisa meringankan beban cicilan bulanannya. Tapi, jika memaksakan diri untuk melakukan hal ini, risiko cash flow terganggu akan menjadi lebih tinggi.
Idealnya, siapkan dana untuk DP KPR ini di tabungan khusus tanpa mengambil pos keuangan yang penting, misalnya dana darurat dan dana pendidikan. Jika kamu menggunakan dana darurat untuk menambah uang muka KPR, kondisi keuangan akan lebih rentan berantakan karena masalah tak terduga, seperti terkena PHK, sakit, dan sebagainya.
-
Pilih Nominal Cicilan Paling Besar agar Aman
Mitos KPR yang salah kaprah selanjutnya adalah terkait cicilan kredit yang lebih besar bisa membantumu melunasinya lebih cepat. Memang benar jika membayar cicilan dengan nominal tinggi bisa mempersingkat tenor pelunasannya. Dalam catatan, pastikan kondisi keuangan mampu menanggung tagihan tersebut dengan lancar.
Jika tidak, cicilan yang tertunggak hanya akan memberi beban finansial tambahan dari denda keterlambatan. Bukannya untung, hal tersebut malah membuat pelunasan KPR lebih lama dan tersendat. Oleh karena itu, tak masalah memilih nominal cicilan yang besar asal cash flow sanggup menanggungnya dengan lancar tanpa mengganggu pos keuangan primer.
-
Take Over Kredit Lebih Baik Ketimbang KPR Baru
Mitos KPR yang terakhir, banyak orang percaya jika melakukan take over kredit lebih menguntungkan dibanding mengajukan kredit rumah yang baru. Over credit sendiri adalah mekanisme transaksi rumah yang sedang berada di periode kredit belum lunas, tapi ingin dijual atau dialihkan ke pihak lain.
Dari sisi keuntungan, mekanisme ini memang lebih hemat dan praktis ketimbang mengajukan KPR yang baru. Hanya saja, jika dilakukan dengan sembarangan, take over KPR malah bisa membahayakan dan merugikan. Apalagi saat ada oknum yang bertindak curang dengan modus-modus tertentu yang tidak kamu ketahui.
Tak Lagi Khawatir Ajukan Kredit Rumah Setelah Tahu Fakta di Balik Mitos KPR
Itulah 10 mitos tentang KPR yang salah kaprah tapi kerap dipercaya masyarakat. Memberi informasi keliru bagi orang yang ingin mengajukan KPR, mitos tersebut sering kali memicu rasa khawatir dan takut secara berlebihan. Karenanya, pastikan untuk memahami fakta di balik mitos KPR ini agar mampu mengajukannya dengan rencana dan persiapan yang matang.