Pengertian Inflasi dan Cara Untuk Menghadapinya
Perkara inflasi cukup sering menjadi topik bahasan ekonomi yang terjadi di masyarakat. Segala kebijakan pemerintah akan mempengaruhi sektor lainnya dan salah satu sektor tersebut adalah sektor ekonomi. Sektor ini sendiri akan terdiri dari beberapa persoalan klasik yang sering dikeluhkan seperti naiknya harga kebutuhan bahan baku dan harga bahan bakar minyak, tuntutan buruh yang menginginkan kenaikan upah, barang-barang di pasaran terasa sangat mahal dan pengeluaran terasa lebih besar karena (dirasa) kenaikan gaji atau upah secara nominal tidak seimbang secara persentase terhadap kenaikan harga barang atau kenaikan konsumsi masyarakat.
Lalu apa sih pengertian inflasi? Sebagian orang mungkin akan menjawab secara umum bahwa inflasi merupakan kenaikan harga barang di pasaran. Sebagian lagi mungkin akan mendefinisikannya sebagai kejadian penurunan nilai mata uang. Secara teoritis, inflasi didefinisikan dalam tiga teori terkenal yaitu Teori Kuantitas (Teori Irving Fisher), Teori Keynes, dan Teori Strukturalis.
Inflasi Secara Teoritis
Inflasi Secara Teoritis via professionalpensions.com
Teori Kuantitas
Teori Kuantitas mendefinisikan inflasi sebagai kejadian yang terjadi ketika terdapat penambahan volume jumlah uang beredar (JUB) baik dalam bentuk uang kartal maupun uang giral. Kenaikan JUB akan memicu naiknya harga barang di pasaran. Meski efeknya bukanlah efek permanen, namun inflasi cukup membuat masyarakat gusar dan harus membiasakan dirinya hidup secara lebih hemat.
Inflasi juga dikenal bisa muncul sebagai akibat dari ekspektasi masyarakat yang terdiri dari tiga kemungkinan keadaan, yaitu:
- Bila masyarakat belum meramalkan adanya kenaikan harga barang di pasaran pada waktu mendatang, maka sebagian besar penambahan JUB akan diterima sebagai bentuk tambahan uang kas namun tidak dibelanjakan untuk pembelian barang. Ini tidak menyebabkan adanya kenaikan permintaan dan kenaikan harga barang.
- Bila masyarakat mulai sadar bahwa akan terjadi inflasi serta meramalkan adanya kenaikan harga barang di pasaran dalam waktu mendatang sehingga penambahan JUB digunakan tidak untuk menabung tapi pembelanjaan barang dengan maksud menghindari kerugian memegang uang kas.
- Bila terjadi hiperinflasi, masyarakat sudah kehilangan kepercayaan terhadap nilai mata uang negaranya dan kejadian ini diindikasikan melalui peredaran uang dalam kecepatan yang tinggi.
Teori Keynes
Sementara untuk Teori Keynes, inflasi terjadi karena keinginan masyarakat untuk hidup di atas batas kemampuan ekonominya sehingga menyebabkan permintaan terhadap barang akan melebihi jumlah yang tersedia di pasaran. Ini terjadi karena masyarakat mengetahui keinginannya dan menjadikannya dalam bentuk permintaan efektif terhadap barang.
Teori Strukturalis
Selanjutnya adalah Teori Strukturalis yang merupakan teori inflasi jangka panjang karena menyoroti sebab-sebab munculnya inflasi. Terdapat dua ketidakelastisan dalam perekonomian di Indonesia selaku negara berkembang yang berpotensi menimbulkan inflasi, yaitu:
1. Ketidakelastisan atau Kekakuan Penerimaan Impor
Ini terjadi ketika nilai ekspor tumbuh lebih kecil dari sektor lain karena harga barang ekspor di pasar dunia tidak menguntungkan atau term of trade semakin memburuk. Faktor lain yang menyebabkan ekspor tumbuh lebih kecil dibandingkan sektor lain adalah produksi barang-barang ekspor tidak elastis terhadap kenaikan harga.
2. Kekakuan Penawaran Bahan Makanan di Negara Berkembang
Penawaraan bahan makanan jauh lebih lambat bila dibandingkan pertambahan jumlah penduduk dan pendaptan per kapita. Akibatnya kenaikan harga bahan makanan dalam negeri terlihat naik melebih harga barang lainnya. Hal inilah yang menimbulkan tuntutan dari buruh mengenai upah yang lebih tinggi yang mana menjalar pada kenaikan ongkos produksi, kenaikan harga barang-barang bersangkutan, dan mendorong terjadinya inflasi.
Presentase Inflasi di Indonesia
Persentase Inflasi di Indonesia via freevector.com
Dalam sepuluh tahun terakhir, inflasi yang terjadi di Indonesia berhasil mencapai persentase yang cukup besar yaitu 7.94%. Angka yang cukup fantastis. Jelas dengan keberadaan inflasi yang cukup tinggi ini membuat nilai mata uang kita terlihat selalu lebih rendah setiap tahunnya. Jika pada tahun 2013 Anda bisa membelanjakan 10 barang dengan harga Rp1.000.000, maka tahun 2014 untuk mendapatkan 10 barang yang sama Anda harus merelakan uang sebesar Rp 2.139.446. Meski biasanya disertai dengan kenaikan pendapatan bagi mereka yang bekerja di kantoran, tetapi persentasi kenaikan pendapatan ini tidak sebanding dengan tingkat inflasi yang terjadi di Indonesia.
Sebenarnya, apa yang mendorong terjadinya inflasi atau apa saja yang menjadi faktor penyebab timbulnya inflasi secara riil? Meski telah dijelaskan secara teoretis mengenai faktor yang merupakan penyebab terjadinya inflasi, secara nyata terdapat beberapa faktor lain yang turut menyumbang peran sebagai penyebab timbulnya inflasi. BPS mencatat setidaknya ada 9 faktor yang mendukung terjadinya inflasi, terutama inflasi yang terjadi pada bulan Juli tahun 2015 ini yang berada di posisi 0.93 persen. Faktor-faktor tersebut antara lain
Pertama, berkaitan dengan kenaikan tarif angkutan udara yang mencapai 24.4% dan memberikan kontribusi inflasi sebesar 0.2%. Hal ini terjadi karena adanya momen Idul Fitri yang mana ramai dengan kegiatan arus mudik dan arus balik dan keduanya sama-sama jatuh di bulan Juli. Kenaikan tertinggi tercatat di Pontianak sebesar 72% disusul kenaikan di Pangkalpinang yang mencapai 70%.
Kedua, tarif angkutan dengan kenaikan harga mencapai 11.8% dan andilnya terhadap inflasi sebesar 0.1%. Kenaikan tertinggi terjadi di Cirebon dengan persentase 42% dan disusul Purwokerto dengan persentase 36%.
Ketiga, terdapat kenaikan harga kebutuhan pangan yakni ikan segar yang mencapai kenaikan harga 3.05% dan menyumbang andil terhadap inflasi sebesar 0.09%.
Keempat, kenaikan harga pangan khususnya harga daging ayam ras yang mencapai 6.19% dan andil terhadap inflasi sebesar 0.08%. Persentase kenaikan tertinggi berada di Cilacap dan Bukit Tinggi yang masing-masing mencapai 22% disusul oleh Tangerang yang mengalami kenaikan harga sebesar 18%.
Kelima, kenaikan harga cabai merah yang mencapai 14.8% dengan andil terhadap inflasi 0.08%. Kenaikan harga cabai merah tertinggi berada di Sampit dengan persentase 72% dan disusul Tanjung Pandan sebesar 58%.
Keenam, faktor jelas merupakan kebutuhan pokok, yakni kenaikan harga beras yang mencapai 0.68% dengan andil terhadap inflasi mencapai 0.03%. Faktor ketujuh adalah kenaikan harga daging sapi yang mencapai 4.76% namun andilnya terhadap inflasi mencapai 0.03%.
Baca Juga : Perbedaan Kelas Menengah Saat Ini dan Sepuluh Tahun Lalu
Cara Menghadapi Inflasi
Cara Menghadapi Inflasi via halloapakabar.com
Lantas, dengan segala keburukan inflasi yang membawa dampak negatif bagi masyarakat, bagaimana kita dapat menghindari kasus ini? Memang inflasi merupakan kejadian yang menimpa semua masyarakat dan tidak pandang bulu siapa saja yang ada di negara ini. Salah satu cara untuk mencegah diri terjebak pada keadaan inflasi yang jelas akan memberatkan urusan ekonomi pribadi adalah dengan pintar mengatur keuangan dan ekonomi. Jelas penghematan merupakan langkah yang harus selalu dilakukan tetapi hal ini tidak sepenuhnya menjawab kekhawatiran masyarakat karena inflasi tidak bisa diprediksi kapan akan berakhir.
Selain penghematan, perlu dilakukan pengelolaan dana supaya menghasilkan keuntungan, yakni dengan membuka sebuah usaha atau melakukan usaha yang secara berkesinambungan tetap memberikan keuntungan yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari. Selain itu, jauh hari sebelum peramalan akan datangnya inflasi, usahakan untuk mengalokasikan dana pada investasi yang dirasa cocok dan memberikan keuntungan yang tinggi dalam bentuk apapun sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan Anda. Bisa dengan menjadikan dana tunai menjadi produk investasi seperti dengan membeli rumah, emas, saham, reksadana, dan lain-lain. Hal ini jelas akan menjaga nilai uang dari inflasi yang berpotensi menurunkan nilai mata uang di masa mendatang.
Selain itu, kurangi penggunaan kartu kredit secara berlebihan. Meski pengaruh Anda dalam mengurangi penggunaan kartu kredit tidak besar, paling tidak Anda sudah membantu negara dalam membatasi nilai inflasi. Ingat, salah satu faktor yang mempengaruhi inflasi adalah tingkat konsumsi masyarakat.
Baca Juga : Potensi Finansial yang Meningkat dan Melemah di 2015
Ikut Serta Dalam Perubahan
Sudah tahu kan apa itu pengertian inflasi? Beberapa penyebab inflasi mungkin berawal dari kebiasan dan gaya hidup masyarakat. Tanpa perlu berdemo menuntut pemerintah untuk segera mengatasi inflasi, ada baiknya kita berkaca apakah gaya hidup kita sudah baik dan tidak turut menyumbang persentase inflasi yang selalu meningkat setiap tahunnya di Indonesia. Inflasi bukan peristiwa yang terjadi akibat sebuah faktor penyebab tunggal tetapi merupakan akumulasi beberapa penyebab yang salah satunya adalah kebutuhan masyarakat. Perlu diingat juga bahwa inflasi di Indonesia yang terjadi terus meningkat adalah indikasi bahwa pola hidup masyarakat Indonesia masih tidak cukup baik untuk melawannya. Perubahan dimulai dari diri sendiri. Jadi, yuk berubah dari sekarang!