Franchise Minuman Raksasa yang Mendunia, Inilah Sejarah Berdirinya Brand Starbucks dan Potensinya Sebagai Saham

Sebagai salah satu brand minuman kekinian yang mendunia, semua orang pasti tidak asing dengan Starbucks. Bahkan, gerai milik brand minuman tersebut tidak sulit ditemukan di setiap sudut kota besar, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di belahan dunia lainnya.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika brand kerap dijadikan sebagai tempat untuk bersantai menikmati waktu luang sambil menyeruput suguhan kopi favorit bagi kalangan tertentu.

Tapi, tahukah kamu bagaimana rekam jejak dari perusahaan dengan sektor bisnis F&B ini hingga mampu meraih kesuksesan yang fantastis seperti sekarang ini? Di samping itu, bagaimana potensi perusahaan Starbucks tersebut sebagai sebuah instrumen saham untuk investor meraih keuntungan dan menggandakan aset di masa mendatang?

Nah, jika kamu ingin tahu pembahasan tentang sejarah berdirinya brand Starbucks, perjalanan bisnisnya, hingga potensinya sebagai sebuah produk saham, simak penjelasan berikut ini.

Baca Juga:  Menjadi Bagian Penting pada Pasar Modal, Kenali Apa Itu Wali Amanat di Dunia Investasi

Sejarah Berdirinya Brand Starbucks

loader

Setiap bisnis atau perusahaan yang sukses pasti memulai langkahnya dari titik nol dan terus berkembang tanpa kenal kata menyerah. Hal tersebut juga berlaku pada franchise minuman kekinian yang telah mendunia ini, yaitu, Starbucks. 

Pada awalnya, kedai kopi Starbucks ini pertama kali didirikan oleh 3 orang lelaki, yaitu, Zev Siegl, Gordon Bowker, dan Jerry Baldwin. Pembukaan gerai Starbucks untuk pertama kalinya tersebut dilakukan pada tahun 1971 yang terletak di Seattle, Amerika Serikat, atau lebih tepatnya di Pike Place Market. 

Bukan tanpa alasan, latar belakang para pendiri brand tersebut memutuskan untuk membuka kedai kopi miliknya sendiri adalah karena kegemaran mereka akan kopi dan teh. Terkait nama Starbucks sendiri didapat dari nama tokoh dari sebuah novel berjudul Moby Dick, yaitu sebuah novel klasik buatan Herman Melville di tahun 1851. 

Pada tahun 1980, Seigl memutuskan hengkang dari brand Starbucks, dan jabatan presiden perusahaan berada di tangan Baldwin. Tepat di tahun 1981, seorang sales alat dapur bernama Howard Schultz mengunjungi kedai Starbucks pertama tersebut. 

Ketika berkunjung, Schultz langsung terpesona dengan kedai kopi tersebut dan memutuskan untuk berkarir dalam bisnis itu. Mengacu dari situs resmi Starbucks, Schultz saat ini telah menjadi direktur pemasaran dan operasional dari retail perusahaan franchise tersebut. 

Di awal masa kerjanya di tahun 1982, Schultz mendapatkan tugas untuk meningkatkan dan mengembangkan penjualan melalui sejumlah strategi. Berkat pengalamannya sebagai seorang sales, ia mampu membagikan kemampuannya di bidang marketing kepada pegawai guna memberikan pelayanan dengan lebih baik lagi. Tidak hanya itu, Schultz juga membagikan brosur kepada pelanggan agar lebih mudah dalam mengenali setiap produk yang ditawarkan oleh brand minuman tersebut. 

Berlanjut ke tahun 1983, ia berkunjung ke Italia guna menghadiri suatu pameran. Ketika berada di Italia, Schultz merasa terkagum-kagum dengan kafe yang berada di sana dan ingin menerapkan konsep kafe yang sama pada kedai Starbucks. Akan tetapi, gagasan tersebut ditolak oleh Bowker dan Baldwin karena sejumlah alasan. 

Imbas dari penolakan terhadap idenya tersebut, Schultz memutuskan untuk keluar dari brand tersebut di tahun 1985. Setelah hengkang, ia langsung membuka kedai kopi miliknya sendiri dan diberi nama II Giornale. Dalam waktu yang singkat, gerai tersebut sempat populer dan mampu berkembang. 

Lalu, di tahun 1987, tepatnya pada bulan Maret, brand Starbucks diputuskan untuk dijual oleh Bowker dan Baldwin, dan dibeli oleh Schultz. Melalui perpindahan kepemilikan tersebut Schultz mampu menggabungkan konsep kafe miliknya dengan Starbucks. 

Tepat pada tahun 1992, brand kopi tersebut langsung mendapatkan banyak penggemar dan terus berkembang hingga saat ini. Memasuki awal abad 21 sekarang ini, brand tersebut terus berkembang dan bertumbuh dengan pesat hingga mampu membuka setidaknya 30 ribu gerai yang tersebar di seluruh penjuru dunia. 

Baca Juga: Perdagangan Saham Ditangguhkan, Ini Maksud dari Istilah Suspend pada Dunia Investasi Saham Beserta Dampaknya

Potensi Pertumbuhan Starbucks Sebagai Produk Saham

Jika melihat dari segi saham dan pertumbuhannya sebagai sebuah perusahaan, Starbucks memiliki data yang terlihat menjanjikan. Dalam 10 tahun terakhir saja, jika kamu membeli saham perusahaan tersebut sebesar 156 ribu USD, nilainya di masa sekarang akan mencapai jutaan USD. 

Hal ini dikarenakan nilai dari saham perusahaan tersebut sendiri telah meningkat hingga 577 persen dalam kurun waktu tersebut. Bahkan, berkat pencapaian dan performanya, saat ini saham dari perusahaan Starbucks telah termasuk dalam jajaran S&P 500 yang berisi 500 perusahaan ternama di Amerika Serikat. 

Pertumbuhan nilai saham yang melesat seperti roket tersebut tidak lain berasal dari kinerja keuangan perusahaan yang terbilang memuaskan. Di tahun 2019 saja, pendapatan dari perusahaan ini mencapai angka 26,51 miliar USD, meningkat nyaris 2 miliar USD dibanding tahun sebelumnya. Belum lagi dengan jumlah lebih dari 33 ribu gerai yang tersebar di seluruh penjuru dunia.

Dengan kondisi tersebut, tentu tidak sedikit investor yang tertarik mengetahui lebih lanjut tentang potensi perkembangan saham Starbucks di masa mendatang. Agar lebih mengetahui terkait potensi perkembangan saham Starbucks dan peluang keuntungannya di mata investor, ada beberapa analisis yang perlu kamu pahami, antara lain:

Kemampuan Adaptasi Bisnis Starbucks yang Tinggi

Sama halnya dengan kebanyakan perusahaan lain, Starbucks juga mendapatkan pukulan telak imbas dari pandemi beberapa tahun belakangan. Terlebih dengan adanya kebijakan penutupan beberapa tempat publik dan pembatasan sosial yang dilakukan sejumlah negara karena pandemi.

Walaupun begitu, berkat kekuatan merek dan pangsa pasar, ditambah kebutuhan konsumen akan kopi yang tak tergoyahkan membuat perusahaan ini masih mampu bangkit pasca pandemi. Gerai yang awalnya ditutup sementara dapat dibuka kembali dan beroperasi serta memberikan keuntungan seperti sedia kala. 

Jika dibandingkan dengan geliat bisnis lain, walaupun jumlah transaksi juga tetap mengalami penurunan, nilainya masih lebih menjanjikan. Pesanan dengan jumlah besar masih mendatangi brand tersebut dan memberikan keuntungan. Di samping itu, Starbucks juga melakukan berbagai strategi agar tetap mampu menjangkau konsumen dengan menyediakan layanan drive-thru, pemesanan secara online, hingga pengambilan kopi di tepi jalan. 

Tidak hanya itu, peningkatan pendapatan perusahaan tersebut juga terlihat mampu ditopang oleh Starbucks Reward, sebuah program loyalitas konsumen yang banyak diikuti para pelanggan setianya. Melalui program tersebut sendiri saja Starbucks mampu mendapatkan sekitar 50 persen pendapatannya di tahun 2020.  

Potensi Perkembangan Saham Starbucks Masih Tinggi Beberapa Tahun ke Depan

Kini, walaupun telah mempunyai puluhan ribu lokasi gerai dan toko yang tersebar di banyak negara, manajemen Starbucks terus berusaha melakukan ekspansi lebih besar lagi. Melalui CEO-nya, Patrick Grisman, Starbucks berencana menjangkau 55 ribu gerai pada 100 negara menjelang tahun 2030.

Sasaran negara untuk mengembangkan bisnis tersebut pun dipilih dengan berbagai pertimbangan, serta menyesuaikan konsep toko dengan budaya dan kebiasaan masyarakat di sana. Tidak hanya itu, operasi pembukaan gerai baru juga akan diaktifkan melalui sistem digital dan berpangku pada teknologi yang dimiliki oleh perusahaan dalam memenuhi pesanan.

Menyambung penjelasan dari CEO Starbucks, investor bakal melihat berbagai kejutan menyenangkan ketika mulai mengetahui dan memahami rencana ekspansi perusahaan tersebut. Melalui strategi pertumbuhan gerai kopi tersebut, saham Starbucks diyakini mampu bertumbuh dengan lebih optimal sehingga menjadi salah satu strategi yang diprioritaskan untuk dilakukan.

Walaupun begitu, jika melihat dari data yang ada, sepanjang tahun 2022 saham Starbucks mengalami fluktuasi yang cenderung menurun. Baru ketika memasuki pertengahan tahun, tepatnya di bulan Juni, saham Starbucks yang awalnya merosot mampu secara konsisten merangkak naik hingga sekarang.

Meski belum bisa kembali ke nilai saham di awal tahun 2022 yang mencapai angka 116.68 USD per lembarnya, tapi pertumbuhannya terlihat menjanjikan beberapa bulan belakangan. Tentunya, jika tertarik membeli saham Starbucks dan mencari keuntungan yang optimal, pastikan untuk mencermati dan menganalisis kinerja perusahaan tersebut dengan cermat terlebih dulu.

Berpeluang Beri Keuntungan Menjanjikan dalam Jangka Panjang, Tetap Analisis Saham Starbucks agar Bisa Raih Hasil Optimal

Itulah ulasan singkat tentang sejarah perjalanan bisnis Starbucks, dan potensi pertumbuhan sahamnya di masa mendatang. Jika melihat dari rencana dan strategi bisnis yang dimilikinya, perusahaan ini berpeluang memberi keuntungan menjanjikan dalam investasi jangka panjang. Kendati demikian, tetapi lakukan analisis saham perusahaan tersebut dengan matang dan cermat agar mampu meraih hasil investasi yang optimal. 

Baca Juga:  Daftar 40 Emiten Terbesar di Indeks Hang Seng, Mana yang Worth untuk Dipilih?