Cacar Monyet, Kenali Penyebab, Gejala, hingga Cara Mengobatinya
Fenomena monkeypox, atau cacar monyet, di Indonesia saat ini menjadi perhatian serius di kalangan masyarakat dan pemerintah. Sejak kasus pertama terkonfirmasi pada Agustus 2022, jumlah kasus terus meningkat, dengan Kementerian Kesehatan mencatat hingga Agustus 2024 terdapat 88 kasus yang tersebar di berbagai provinsi, termasuk Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.
Awalnya, penyakit cacar monyet adalah penyakit endemik yang hanya ditemukan di wilayah Afrika saja. Namun, seiring berjalannya waktu, beberapa benua lain juga turut menjadi korban dari salah satu penyakit kulit yang langka ini. Contohnya:
- Amerika Serikat (2003 dan 2021).
- Eropa: Inggris (2018).
- Asia: Israel (2018) dan Singapura (2019).
Barulah di tahun 2022, tepatnya pada bulan Mei, cacar monyet kembali menyebar di 12 negara di dunia. Seperti, Amerika Serikat, Australia, Belanda, Belgia, Inggris, Italia, Jerman, Kanada, Perancis, Portugal, Spanyol, dan Swedia.
Hal ini membuktikan bahwa persebaran virus monkeypox tidak dapat diprediksi sehingga masyarakat perlu mengetahui penyebab, media penularan, gejala, hingga cara mengobati cacar monyet. Dengan begitu, penderita penyakit ini dapat segera terdeteksi dan tidak menyebar ke masyarakat luas.
Apa Itu Cacar Monyet?
Sumber: alinea.id
Monkeypox atau dalam Bahasa Indonesia sering disebut cacar monyet adalah sebuah penyakit menular yang disebabkan oleh virus langka, dari genus Orthopoxvirus.
Sesuai dengan namanya, penyakit cacar monyet pertama kali terdeteksi pada saat meneliti sekumpulan monyet di tahun 1958. Awalnya, wabah ini menyerang sekelompok kera yang dipelihara di sebuah institusi tertentu di Afrika guna kebutuhan penelitian. Kemudian banyak menyebar kepada penduduk di Benua Afrika, khususnya di wilayah Afrika Selatan dan Tengah.
Monkeypox dapat ditularkan melalui monyet atau beberapa hewan liar lainnya seperti tupai. Diketahui kasus pertama dari infeksi ini terjadi di Kongo pada tahun 1970an. Kemudian, baru mulai merambah lagi ke Amerika dengan 47 kasus terdeteksi di tahun 2003, dan 3 kasus terjadi di Inggris, serta 1 kasus masing-masing di Israel dan Singapura di tahun 2018 dan 2019 secara berturut-turut.
Penyakit cacar monyet lebih rentan dan banyak terjadi pada masyarakat di usia anak-anak hingga dewasa muda. Dari seluruh kasus cacar monyet yang pernah terjadi di dunia, 10 persen di antaranya menyebabkan kematian dan korban kebanyakan datang dari usia anak-anak. Jadi, cacar monyet memiliki potensi penyebaran dan kematian yang cukup tinggi, khususnya bagi penderita yang masih di umur remaja ke bawah.
Baca Juga: Fakta Penting Virus Corona, Gejala dan Tindakan Pencegahannya
Media Penularan Cacar Monyet
Sebagai salah satu penyakit yang mudah menular dan berasal dari hewan, cacar monyet dapat ditularkan melalui hal-hal berikut:
-
Kontak Langsung
Di Afrika, penyebab cacar monyet dengan mudah tersebar adalah karena masyarakat di sana diketahui sering melakukan kontak langsung dengan hewan liar. Hampir setiap hari masyarakat Afrika tidak ragu untuk memegang hewan liar, seperti monyet, tikus, dan tupai yang ternyata sudah terinfeksi oleh virus monkeypox tersebut.
Untuk penyebaran dari hewan ke manusia, virus cacar monyet dapat ditularkan melalui luka pada kulit, saluran pernapasan, serta selaput lendir seperti pada mata, mulut, dan hidung. Sedangkan penyebaran dari manusia ke manusia bisa melalui bersin maupun batuk yang mengeluarkan air liur sehingga terhirup oleh manusia lain yang masih sehat.
-
Kontak Tidak Langsung
Saat tergigit oleh hewan yang tertular virus tersebut, otomatis manusia akan langsung terinfeksi. Bahkan, ada beberapa kasus yang menyebutkan bahwa infeksi penyakit cacar monyet juga dapat terjadi melalui kontak tidak langsung. Contohnya adalah melalui permukaan sapu tangan atau tisu yang telah terkontaminasi oleh virus tersebut.
Meski dapat terjadi, Kemenkes RI, melalui dr. Anung Sugihantono pernah menyatakan bahwa cacar monyet amat jarang terjadi penularan dari manusia ke manusia. Pasalnya, dibutuhkan inang atau wadah bagi virus tersebut untuk bisa langsung tertular kepada manusia. Jarak kontak yang tidak terlalu dekat serta sebentar juga dapat menjadi alasan mengapa virus ini jarang tertular dari manusia ke manusia lainnya.
-
Mengonsumsi Daging Hewan yang Terjangkit
Terakhir, penyebaran penyakit cacar monyet juga dapat terjadi melalui konsumsi daging dari hewan yang tertular virus tersebut. Pengolahan daging yang dimasak kurang matang atau setengah matang memiliki potensi cukup tinggi untuk bisa menyebarkan virus cacar monyet kepada pengonsumsinya. Kasus inilah yang menjadi awal mula diketahuinya penyakit cacar monyet yang terjadi di Singapura pertengahan tahun 2019.
Baca Juga: 10 Manfaat Jahe Merah yang Mujarab Redakan Penyakit
Gejala Cacar Monyet
Sama halnya dengan beberapa jenis penyakit menular lainnya, gejala cacar monyet baru akan bisa dirasakan oleh penderitanya setelah masa inkubasi virus selesai. Biasanya, masa inkubasi virus cacar monyet berlangsung selama 6 hingga 16 hari pasca pertama kali terinfeksi. Namun, ada beberapa kasus yang menyebutkan bahwa masa inkubasi virus tersebut bisa terjadi selama 5 sampai 21 hari juga.
Mengutip pada penjelasan dari WHO melalui laman situs resminya, gejala cacar monyet dapat diketahui dalam 2 periode infeksi, yakni periode invasi dan erupsi atau ruam pada kulit. Kedua periode infeksi tersebut terjadi di waktu yang berbeda namun saling berkelanjutan.
-
Periode Invasi
Untuk periode invasi, gejalanya terjadi saat penderita baru terinfeksi dalam kurun waktu 0 sampai 5 hari. Gejala yang sering dirasakan oleh penderita di periode invasi adalah:
- Demam.
- Sakit kepala yang menjadi.
- Terjadinya pembengkakan pada kelenjar getah beningnya.
- Seringkali merasakan sakit punggung, asthenia atau lemas, serta nyeri otot.
Dari beberapa gejala cacar monyet tersebut, pembengkakan pada kelenjar getah bening tersebutlah yang menjadi gejala pembeda dengan cacar jenis lainnya. Jadi, saat terjadi pembengkakan pada kelenjar getah bening pada penderita cacar, sudah hampir bisa dipastikan bahwa infeksi yang terjadi adalah dari virus cacar monyet.
-
Periode Erupsi atau Ruam Pada Kulit
Selanjutnya, periode erupsi kulit akan terjadi 1 sampai 3 hari pasca penderita menunjukkan gejala demam. Periode ini ditandai dengan munculnya ruam pada kulit yang dimulai dari permukaan wajah yang terus menyebar ke bagian tubuh lainnya. Wajah, permukaan tangan, dan kaki menjadi bagian tubuh yang paling banyak menunjukkan gejala ruam ini.
Pada awal terjadinya gejala erupsi kulit, ruam yang muncul masih datar atau tidak membentuk benjolan. Namun, seiring semakin menyebarnya infeksi cacar monyet dalam tubuh, ruam tersebut akan berubah menjadi vesikel atau benjolan yang berisi cairan di dalamnya. Vesikel-vesikel tersebut kemudian akan berubah membentuk luka menyerupai kerak pada kulit.
Perubahan ruam dari yang awalnya datar hingga membentuk luka kerak tersebut terjadi dalam kurun waktu sekitar 10 hari. Kemudian, dibutuhkan waktu sekitar kurang lebih 3 minggu untuk bisa sembuh dari kerak akibat cacar monyet tersebut. Tidak perlu khawatir pula karena luka pada permukaan kulit tersebut dapat sembuh total dengan penanganan yang tepat.
Cara Mengobati Cacar Monyet
Cacar monyet memanglah sebuah penyakit yang dapat menular dengan cukup pesat. Namun, manusia yang terinfeksi virus tersebut dinyatakan dapat sembuh dengan sendirinya dalam periode 14 sampai 21 hari pasca pertama kali mengalami gejala cacar monyet.
Namun, saat seseorang berkontak langsung dengan penderita atau hewan yang dicurigai terkena monkeypox, maka disarankan untuk menemui dokter guna berkonsultasi. Khususnya bagi seseorang yang baru saja bepergian ke suatu daerah yang diketahui memiliki wabah cacar monyet, konsultasi lebih lanjut dengan dokter amat perlu dilakukan. Dengan begitu, virus cacar monyet tidak akan menyebar dan menjadi wabah di tempat tersebut.
Cara Menghindari Cacar Monyet
Penangkalan sebenarnya bisa dilakukan dengan pemberian vaksin cacar pada umumnya. Akan tetapi, menjaga gaya hidup sehat menjadi salah satu kegiatan pencegahan paling efektif agar tidak tertular penyakit cacar monyet ini.
Yang pasti, hindari untuk berkontak langsung dengan penderita maupun hewan liar yang kotor, seperti, primata, tikus dan tupai liar. Selain itu, tidak mengonsumsi daging hewan liar juga menjadi upaya untuk terhindar dari penyakit ini.
Meskipun belum ada obat khusus untuk cacar monyet, pengobatan dapat dilakukan untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengobati cacar monyet:
1. Isolasi Diri
Isolasi diri merupakan langkah penting yang harus diambil oleh penderita cacar monyet untuk mencegah penularan virus kepada orang lain. Virus monkeypox dapat menyebar melalui kontak langsung dengan lesi atau luka lepuh, serta melalui cairan tubuh dari individu yang terinfeksi.
Oleh karena itu, penderita disarankan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, termasuk anggota keluarga, teman, dan rekan kerja, hingga semua lesi atau luka lepuh mengering sepenuhnya.
Selama masa isolasi, penting bagi penderita untuk tetap berada di lingkungan yang terpisah dan menggunakan ruang yang berbeda dari orang lain di rumah. Jika memungkinkan, gunakan kamar mandi terpisah untuk mengurangi risiko penularan. Selain itu, penderita harus mengenakan masker jika harus berinteraksi dengan orang lain, meskipun dalam jarak yang aman.
2. Manajemen Gejala
Manajemen gejala merupakan langkah penting dalam penanganan cacar monyet, yang ditandai dengan gejala seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, dan ruam kulit. Untuk meredakan ketidaknyamanan yang dialami oleh penderita, penggunaan obat pereda nyeri seperti parasetamol atau ibuprofen sangat dianjurkan. Obat-obatan ini efektif dalam menurunkan demam dan mengurangi rasa sakit, sehingga membantu penderita merasa lebih nyaman selama masa pemulihan.
3. Perawatan Luka
Perawatan luka merupakan aspek penting dalam menangani cacar monyet, terutama untuk mengatasi ruam dan lesi kulit yang muncul akibat infeksi virus. Menjaga kebersihan area yang terkena adalah langkah pertama yang harus dilakukan. Penderita disarankan untuk membersihkan luka secara lembut dengan air bersih dan sabun, tetapi perlu diingat untuk tidak membiarkan sabun masuk ke dalam luka, karena dapat menyebabkan iritasi lebih lanjut.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk membantu membersihkan luka adalah dengan berendam menggunakan baking soda atau garam Epsom. Berendam dalam larutan ini dapat membantu mengurangi peradangan dan membersihkan area yang terinfeksi. Baking soda memiliki sifat antiseptik yang dapat membantu mengurangi rasa gatal dan iritasi, sedangkan garam Epsom dapat membantu mengurangi pembengkakan dan mempercepat proses penyembuhan.
4. Pemberian Obat Antiviral
Meskipun saat ini belum ada obat spesifik yang dirancang khusus untuk mengobati cacar monyet, beberapa dokter mungkin meresepkan obat antiviral seperti Tecovirimat. Obat ini telah terbukti efektif dalam mengurangi durasi dan keparahan gejala, terutama pada pasien yang termasuk dalam kelompok berisiko tinggi, seperti anak-anak, lansia, atau individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Tecovirimat bekerja dengan cara menghambat penyebaran virus dalam tubuh. Obat ini telah digunakan dalam pengobatan infeksi yang disebabkan oleh virus orthopox, yang mencakup cacar monyet. Dalam beberapa studi, pasien yang menerima Tecovirimat menunjukkan pemulihan yang baik tanpa komplikasi serius. Misalnya, ada laporan tentang pasien yang menerima pengobatan ini dan mengalami pemulihan penuh setelah beberapa hari, menunjukkan bahwa obat ini dapat membantu mempercepat proses penyembuhan.
5. Banyak Istirahat dan Hidrasi
Banyak istirahat adalah salah satu aspek penting dalam proses pemulihan bagi penderita cacar monyet. Ketika tubuh terinfeksi virus, sistem kekebalan tubuh bekerja lebih keras untuk melawan infeksi tersebut. Dengan memberikan waktu yang cukup untuk beristirahat, tubuh dapat memfokuskan energi dan sumber daya untuk memperbaiki diri. Istirahat yang cukup juga membantu mengurangi kelelahan dan meningkatkan kualitas tidur, yang sangat penting untuk kesehatan secara keseluruhan.
Selain itu, hidrasi yang cukup juga sangat penting selama masa pemulihan. Ketika seseorang mengalami demam, tubuh kehilangan cairan lebih banyak melalui keringat dan pernapasan. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa penderita minum cukup air untuk menggantikan cairan yang hilang. Dehidrasi dapat memperburuk gejala, menyebabkan kelelahan, pusing, dan bahkan memperlambat proses penyembuhan.
Gaya Hidup Sehat Menjaga Diri dari Berbagai Macam Penyakit Berbahaya
Kembali ke dasar, tubuh akan terhindar dari berbagai macam penyakit saat gaya hidup yang dicanangkan seseorang tersebut sehat. Mulai dari memasak makanan hingga benar-benar matang dan sering mencuci tangan layaknya sudah cukup untuk menjaga tubuh tetap sehat. Oleh karena itu, usahakan untuk membiasakan diri hidup sehat agar risiko terinfeksi virus atau penyakit menjadi semakin kecil.