Pengusaha Wajib Lakukan Ini agar Bisnis Tak Cepat Tamat
Bagi karyawan yang punya gaji tetap saja perlu mengatur keuangan agar cukup sebulan, apalagi pengusaha. Mengingat, pendapatan pengusaha tidak pasti.
Mengatur keuangan sangat penting buat pengusaha. Terlebih di masa pandemi sekarang ini. Omzet anjlok, sementara biaya operasional dan non-operasional terus berjalan.
Kalau tidak pintar-pintar mengelola uang, tamatlah riwayat bisnismu. Tentunya kamu tidak mau kan, usaha yang kamu rintis harus berakhir tragis.
Oleh karenanya, kamu harus mengatur keuangan untuk bisnis dengan baik. Berikut caranya:
Baca Juga: Kunci Sukses Menjalani Usaha Konveksi agar Berhasil Meraih Keuntungan Optimal
1. Catat pengeluaran kecil
Ada berbagai pengeluaran yang terjadi ketika menjalankan sebuah bisnis. Mulai dari produksi, gaji karyawan, promosi, pemasaran, biaya listrik dan air, serta masih banyak lainnya.
Pengusaha yang baik tidak hanya fokus pada pengeluaran besar saja. Kamu juga harus memperhatikan dan mencatat seluruh pengeluaran kecil.
Jika pengeluaran kecil diabaikan dan berlangsung dalam jangka panjang, akumulasi atau totalnya akan besar. Hal ini dapat memberi dampak besar bagi keuangan perusahaan.
Sebagai contoh, biaya air minum untuk karyawan. Sehari habis satu galon air minum sebesar Rp 20.000. Kelihatannya receh, tetapi kalau dihitung sebulan Rp 600.000.
Setahun Rp 7,3 juta. Dalam lima tahun, totalnya Rp 36,5 juta. Bila tidak dicatat, kamu tidak akan pernah tahu ke mana larinya uang sebesar itu.
2. Hargai uang receh
Dalam bisnis, setiap rupiah sangat berharga. Tidak akan pernah ada Rp 100.000 tanpa 500 perak. Jadi, jangan disia-siakan. Setelah transaksi, ada kembalian uang receh, entah itu Rp 1.000, Rp 2.000, atau Rp 100 sekalipun, jangan dibuang.
Kamu bisa mengumpulkannya. Itung-itung menabung. Sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit. Kalau dikumpulkan, uang receh bisa banyak. Jutaan, bahkan puluhan juta rupiah.
Kalau kepepet, kamu dapat menggunakan tabungan uang receh untuk membiayai kebutuhan bisnis. Uang receh pasti akan bermanfaat di kemudian hari, jadi jangan diabaikan.
3. Buat laporan keuangan
Laporan keuangan dalam bisnis merupakan hal penting yang tidak boleh disepelekan. Adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Bisa tiga bulan sekali, atau tahunan.
Dalam laporan keuangan biasanya ada aktiva (aset lancar dan tidak lancar), pasiva (liabilitas dan ekuitas). Sedangkan total aset adalah liabilitas ditambah ekuitas.
Sayangnya, banyak pengusaha tidak membuat laporan keuangan. Alasannya ribet, susah, cuma usaha kecil sehingga tidak perlu laporan keuangan. Ini anggapan yang salah.
Mau bisnismu sekelas mikro sekalipun, sangat disarankan membuat laporan keuangan. Tidak perlu yang rumit, sederhana saja yang penting ada catatan pemasukan dan pengeluaran dalam periode tertentu.
Dengan laporan keuangan ini, kamu akan mengetahui, apakah selama menjalankan usaha mencetak untung atau rugi. Sehingga kamu dapat melakukan evaluasi terhadap arus keuangan bisnismu.
4. Persiapkan dana darurat
Mempersiapkan dana darurat bukan untuk keuangan pribadi saja. Dalam berbisnis juga sangat diperlukan. Tujuannya sebagai dana cadangan untuk membiayai hal-hal darurat. Perbedaannya terletak pada kebutuhan yang harus dibiayai dana darurat.
Misalnya, dana darurat pribadi dipakai ketika sakit, kena PHK. Sedangkan dana darurat bisnis digunakan saat keadaan genting, seperti gaji karyawan dikala tak ada pemasukan, membayar utang jatuh tempo, menyelamatkan bisnis dari krisis, ekspansi, dan lainnya.
Pastikan kamu menghitung alokasi dana darurat usaha dengan matang. Jangan sampai mengganggu anggaran operasional.
5. Bayar tagihan tepat waktu
Hampir setiap hari ada saja tagihan yang datang ke rumah atau tempat usahamu. Entah itu tagihan listrik, air, telepon, internet, utang bank, maupun tagihan dari mitra atau klien.
Tagihan-tagihan ini harus dibayar tepat waktu agar kamu terhindar dari denda, pencabutan, sampai membengkaknya utang. Dalam hal ini, kamu mesti mengalokasikan uang untuk pos pembayaran tagihan.
Pastikan dicatat dengan baik. Kemudian lakukan evaluasi setiap bulan untuk mengetahui apakah pemakaian dalam batas wajar atau sudah berlebihan, sehingga harus dilakukan penghematan.
Baca Juga: 7 Strategi Pemasaran agar Bisnis Kesehatan Berkembang Pesat