Suku Bunga Acuan BI Turun Jadi 3,75%, Ngefek Gak Sih ke Bunga Kredit Bank?
Cermati.com, Jakarta - Di tengah pandemi dan resesi, Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 3,75%.
Kabar baik tersebut seharusnya menjadi pendorong penurunan bunga kredit bank. Jangan tinggi terus, kasihan masyarakat tidak menikmati suku bunga rendah.
Cicilan kredit tetap besar, sementara penghasilan berkurang akibat pandemi. Bahkan tidak punya pemasukan sama sekali lantaran kena PHK.
Baca Juga: Hadapi New Normal, Ini Strategi Bank Indonesia Bantu UMKM Indonesia Bangkit
Bingung Cari Produk Kredit Tanpa Agunan Terbaik? Cermati punya solusinya!
Terendah Sepanjang Masa
View this post on Instagram
Berlanjut, BI kembali memangkas suku bunga acuan atau BI7DRR. Kali ini sebesar 25 bps menjadi 3,75%. Suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 3% dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 4,50%.
BI memotong suku bunga acuan ini karena mempertimbangkan perkiraan inflasi tetap rendah, stabilitas eksternal terjaga, dan sebagai langkah lanjutan untuk mempercepat Pemulihan Negara (PEN).
Dari penulusuran Cermati.com, sejak 23 Januari hingga 19 November 2020, BI telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak empat kali. Total penurunan sebesar 125 bps atau 1,25%.
Tingkat suku bunga acuan 3,75% merupakan yang terendah sejak BI7DRR mulai diberlakukan 21 April 2016. Dan merupakan level terendah sepanjang masa saat masih menggunakan BI Rate.
Bunga Kredit Bank Juga Bakal Turun?
Penurunan suku bunga acuan diharapkan dapat mengerek ke bawah bunga bank
Kalau suku bunga acuan BI turun, biasanya akan berdampak ke mana-mana. Harapannya mendorong kenaikan penyaluran kredit di bank.
BI mencatat pertumbuhan kredit di kuartal III sebesar 0,12%. Angka ini turun 0,47% (yoy) pada Oktober 2020.
Sedangkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) justru naik 12,12% (yoy) menjadi 12,88% tumbuhnya. DPK yang tumbuh positif menandakan banyak orang yang menabung, terlebih di masa pandemi Covid-19.
Untuk rasio kecukupan modal (CAR) masih tinggi 23,41%, dan rasio kredit macet (NPL) di level 3,51% (bruto) dan 1,07% (neto).
Penurunan suku bunga acuan BI juga akan berpengaruh pada tingkat bunga perbankan, seperti ttabungan dan giro, deposito, lalu menyusul suku bunga kredit bakal ada penyesuaian.
Tidak langsung terasa efeknya. Butuh waktu sekitar 3-6 bulan. Paling cepat sebulan. Terutama pada suku bunga kredit.
Sebab urutannya begini:
- Ketika suku bunga acuan BI turun, pengaruhnya ke suku bunga pasar uang antar bank
- Selanjutnya direspons dengan penurunan suku bunga tabungan dan giro
- Setelah itu, suku bunga deposito ikut terseret ke bawah
- Barulah kemudian penurunan suku bunga kredit. Itupun tergantung likuiditas dan risiko kredit bank. Termasuk besar kecilnya penurunan suku bunga kredit.
Tetapi faktanya, meski BI sudah memotong suku bunga acuan sebanyak empat kali sebesar 125 bps dari Januari hingga 19 November, bunga bank turunnya cuma sedikit.
Padahal jika suku bunga acuan BI turun, bank dapat memangkas biaya yang ditimbulkan dari bunga simpanan (tabungan, deposito, dan giro) atau istilahnya cost of fund.
Cost of fund yang mengecil, maka bunga kredit atau pinjaman dapat diturunkan, sehingga meringankan nasabah membayar cicilan.
Mau bukti? Dari data Analisis Uang Beredar yang diterbitkan BI per September 2020:
- Rata-rata tertimbang suku bunga kredit tercatat sebesar 9,85%. Hanya turun 4 basis poin dibanding 9,89% pada bulan sebelumnya
- Rata-rata tertimbang suku bunga simpanan berjangka juga turun di semua jenis tenor (September terhadap Agustus).
- Tenor 1 bulan turun 27 bps atau 0,27% menjadi 4,93%
- Tenor 3 bulan turun 39 bps atau 0,39% menjadi 5,13%
- Tenor 6 bulan turun 42 bps atau 0,42% menjadi 5,55%
- Tenor 12 bulan turun 16 bps atau 0,16% menjadi 6,03%
- Tenor 24 bulan turun 4 bps atau 0,04% menjadi 7,16%.
Baca Juga: Lagi Hits, Ini 5 Fakta Uang Rp75 Ribu Edisi HUT RI 75 Tahun dan Cara Tukarnya
Bunga Kredit Bank di RI Paling Tinggi Se-ASEAN
Melansir kontan, bunga kredit Indonesia paling tinggi di ASEAN. Rata-rata prime lending rate Indonesia per akhir September ini sebesar 9,37%. Sudah turun dibanding posisi Agustus yang sebesar 9,38%.
Sedangkan prime lending rate Malaysia per Agustus 2020 sebesar 3,64%. Prime lending rate Singapura per Oktober ini sebesar 3,64%, dan Thailand sebesar 5,41% pada akhir bulan kesembilan.
Penyebabnya:
- Beban operasional dan pendapatan operasional (BOPO) bank di Indonesia masih tinggi dibanding negara tetangga
- BOPO yang tinggi artinya bank belum efisien
- Jadi bank masih harus menetapkan suku bunga tinggi untuk mengompensasi tingginya BOPO tersebut.
Mau Pinjam Uang tapi Bunga Rendah? Ajukan Saja ke Sini
Anda sedang butuh uang mendesak? Ajukan saja pinjaman KTA atau Kredit Tanpa Agunan (KTA) di Cermati.com, marketplace produk keuangan.
Melalui website maupun aplikasi Cermati.com, Anda dapat mencari dan mengajukan produk KTA sesuai kebutuhan dengan bunga rendah.
Siapa tahu di tengah jalan, bunga kredit bank turun lagi merespons pemangkasan suku bunga acuan BI. Sehingga cicilan utang Anda semakin ringan.
Baca Juga: SLIK OJK: Layanan Pengganti BI Checking. Bagaimanakah Cara Ceknya?